Fenomena “Teman Tapi Mesra” (TTM) tampaknya makin in di kalangan perempuan bekerja. Di tengah stres pekerjaan yang tinggi, komunikasi dengan suami pun menjadi terbatas hanya untuk membahas hal-hal penting saja, misalnya; soal anak atau keperluan rumah tangga.
Di sisi lain, kebutuhan perempuan mengungkapkan perasaan lebih besar daripada lelaki. Masalahnya, bagaimana jika mereka curhat kepada kolega lelaki? Mungkin tidak masalah selama hubungan itu murni berteman. Tapi pertanyaannya: betulkah lelaki dan perempuan bisa murni berteman tanpa melibatkan perasaan?
Bahaya Curhat
Rata-rata, perselingkuhan dimulai dari curhat sebagai sahabat. Awalnya sekadar makan siang bareng, curhat soal pekerjaan kemudian makin akrab dan menjurus pada hal-hal pribadi. Kenyataannya curhat bisa berdampak, kalau dosisnya berlebihan dan berkembang menjadi obrolan mesra. Salah satu indikator ‘bahaya’-nya adalah adanya rahasia, di mana teman perempuan dan lelaki itu mulai ‘sembunyi-sembunyi’ dari pasangan untuk berkomunikasi atau bertemu. Kondisi ini cenderung didukung kecanggihan teknologi yang memungkinkan komunikasi tanpa batas, seperti sms (sering diplesetkan dengan “sarana mudah selingkuh”) atau chatting lewat internet.
Kondisi inilah yang menjadi cikal bakal timbulnya emotional affair atau sebut saja selingkuh hati. Pakar masalah perselingkuhan, psikolog Dr Shirley P. Glass dalam bukunya Not Just Friends: Protect your Relationship from Infidelity and Heal the Trauma of Betrayal mengatakan bahwa ‘selingkuh hati’ terjadi karena kita merasa memiliki chemistry dengan lelaki selain pasangan. Dan pada prakteknya, selingkuh jenis ini belum tentu selalu mengarah pada hubungan seks. Tetapi kenikmatan dan sensasi yang ditimbulkan sama dashyatnya seperti ketika sedang melakukan hubungan intim sehingga kemudian diistilahkan dengan head sex.
Selingkuh hati biasanya berdampak lebih berat bagi perempuan. Mereka sibuk berkhayal hidup bahagia bersama soulmate, sehingga tidak sadar bahwa intensi para lelaki dalam membina hubungan dengan sahabat perempuan belum tentu berhenti sebagai teman curhat. Biasanya pria punya hidden agenda yang ujungnya berakhir di tempat tidur. Dan kalau ini sudah terpenuhi, gairah affair pun bisa mereda. Sementara pada perempuan semakin terlibat emosi, semakin sulit melepaskan dan tumbuh rasa ingin memiliki. Akibatnya sebagian perempuan terjebak dalam hubungan tanpa status.
A Wake-up Call
Lalu, bagaimana seandainya Anda sudah terlibat selingkuh hati? “Apakah saya harus mengakui kepada pasangan atau lebih baik diam?” Jawabannya: tergantung situasi dan niat. Sebaiknya Anda memilih untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan dan bertahan pada perkawinan Anda.
Jika Anda memilih untuk mengakhiri hubungan dengan TTM, langkah pertama adalah menghentikan semua bentuk tindakan yang menunjukkan kasih sayang, seperti: ngobrol mesra atau janji kencan. Lalu, bicara dari hati ke hati dengan pasangan. Diharapkan kedua pihak bisa saling introspeksi dan mencari kesepakatan baru.
Selingkuh hati bisa merupakan a wake-up call, agar Anda menyadari ketidakberesan dalam perkawinan Anda karena terlalu sibuk bekerja atau jenuh dengan keruwetan urusan rumah tangga. Untuk itu, ciptakan kebersamaan dan keterbukaan dengan pasangan setiap saat. “Tidak ada salahnya kalau Anda meluangkan waktu sejenak sepulang kantor untuk ngobrol santai sambil menonton TV atau sesekali bermanja-manja dengan pasangan.”
Hal yang perlu disadari, selingkuh -apapun jenisnya- hanyalah pelarian sesaat dan tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan, akan berujung menyakitkan hati – apakah itu pasangan Anda, pasangan orang lain atau diri sendiri. Jadi, kalau tidak siap “terbakar”, lebih baik jangan “bermain api”.
Sumber: Milis Tetangga
Warna Pink....?
BalasHapusEhm...
dobol manunggal ..... ingin lbh syuuuuuur
BalasHapusbanyak anak pt.sahabat indonesia yg selingkuhan,...
BalasHapusbanyak anak pt.sahabat indonesia yg selingkuhan,...
BalasHapus